Minggu, 31 Agustus 2014

Misal Narasi Berbahasa Sunda

Anda pernah mendengar narasi berbahasa Sunda " href= " http :// www. anneahira. com/cerita-berbahasa-sunda. htm " > ; narasi berbahasa Sunda? Atau mungkin mungkin saja Anda atau mungkin anak Anda pernah mengkuti lomba narasi berbahasa Sunda? Penulis sendiri pernah mengadakan perlombaan sejenis, namun dalam bentuk bilingual (dua bhs), yakni bhs Sunda serta bhs Inggris tingkat SD se-Kabupaten Cianjur.
Sayangnya, dalam perlombaan itu, sangat banyak peserta yang menerjemahkan cerita-cerita dari luar daerah Jawa Barat ke bhs Sunda. Walau sebenarnya, Jawa Barat adalah daerah yang kaya seni serta budaya termasuk juga beragam narasi seperti fabel, mitos, legenda, parabel, babad, dan sebagainya yang dikemas dalam bhs Indonesia ataupun bhs Sunda.
Dalam artikel ini, berniat penulis bakal menuliskan kembali sinopsis sebagian narasi berbahasa Sunda yang datang dari daerah Jawa Barat. 1. Fabel
Fabel merupkan narasi yang menceritakan perihal hewan. Dalam fabel, tokoh-tokohnya yaitu hewan. Adapun misal narasi fabel dalam bhs Sunda yaitu narasi yang berjudul " Kuya jeung Monyet ".
Narasi Kuya jeung Monyet menceritakan perihal kehidupan Kuya (Kura-kura) yang hidup bebas tanpa ada diperbudak oleh manusia serta kehidupan monyet yang dipeliharan oleh petani. Kura-kura terasa hidupnya tambah baik dari pada monyet, karena terkecuali tak ada yang memerintah, dapat juga hidup di darat serta di air. Kura-kura jadi sombong serta sukai mengejek monyet.
Monyet yang terasa bahwasanya apa yang senantiasa disebutkan kura-kura seluruhnya benar, tak pernah berani menyanggah. Tetapi, monyet juga tak pernah ingin untuk meninggalkan petani, lantaran monyet tak terasa disiksa serta terus terasa suka. Sampai disuatu hari, si petani temukan kura-kura tengah mengambil tanamannya hingga bikin petani geram serta menangkap kura-kura. Lihat peristiwa itu monyet terasa suka, lantaran kura-kura terpedaya oleh kesombongannya sendiri.
Narasi Kuya jeung Monyet memberi pesan pada kita, supaya kita janganlah sombong serta janganlah pernah mengejek situasi orang lain. 2. Parabel
Parabel adalah narasi yang rekaan yang mengajarkan perihal sikap moral atau mungkin pesan-pesan keagamaan yang di sampaikan dengan memakai perumpamaan, seperti, atau mungkin perbandingan. Adapun misal parabel yang populer dari Jawa Barat yaitu narasi perihal Si Kabayan. Narasi Si Kabayan banyak diketemukan dalam beragam judul. Satu diantara narasi Si Kabayan yang paling disenangi oleh penulis yaitu Si Kabayan Ngala Nangka (Si Kabayan Menuai Nangka).
Narasi Si Kabayan Ngala Nangka menceritakan perihal kebodohan serta kedunguan Si Kabayan saat diminta menuai nangka yang telah tua oleh mertuanya. Saat hingga di kebun, si Kabayan mencari buah nangka yang telah tua. Buah yang telah dipetiknya lalu dimintanya pulang sendiri, lantaran menurut si kabayan saat telah tua tidak paham jalan pulang.
Nangka itu oleh si Kabayan dihanyutkan ke sungai. Lalu si Kabayan juga pulang dengan enjoy. Sesampainya dirumah sudah pasti mertuanya bertanya nangka yang dipetik si Kabayan. Tetapi dengan polosnya si Kabayan menjawab " kan, tadi diminta pulang sendiri, saat belum hingga? ".
Pesan moral yang mau di sampaikan oleh narasi itu, bahwasanya manusia mesti memakai akal serta pikirannya untuk menjalan beberapa fungsi kehidupannya. 3. Legenda
Legenda adalah narasi perihal asal-usul terjadinya satu tempat. Narasi Legenda yang kerap di sampaikan dalam bhs Sunda yang populer salah satunya yaitu narasi Gunung Tangkuban Parahu.
Asal usul gunung Tangkuban Parahu tak lepas dari narasi seseorang pemuda yang bernama Sangkuriang yang menyukai ibundanya sendiri. Narasi berawal saat Dayang Sumbi seseorang puteri yang sangatlah cantik tengah menyulam, tetapi jarum sulamnya jatuh. Puteri itu lalu bergumam bahwasanya siapa saja yang menolongnya mengambilkan jarum itu, bila wanita bakal jadikan saudara sedang bila lelaki jadi bakal dijadikannya suami.
Sayangnya, yang menolongnya yaitu si Tumang seekor anjing peliharaannya. Lantaran sudah terlanjur berjanji, jadi ia juga menikah dengan si Tumang serta memiliki anak yang dinamakan Sangkuriang. Diceritakan, disuatu hari Dayang Sumbi sangatlah mau nikmati hati rusa, jadi pergilah Sangkuriang dengan ditemani si Tumang untuk berburu rusa ke rimba. Tetapi, alangkah malang mereka, lantaran meskipun hari telah siang tak seekor rusa juga yang tampak di rimba itu.
Saat mereka berputus harapan, mendadak lewatlah seekor babi rimba betina. Konon babi itu yaitu adik si Tumang. Si Tumang sendiri yaitu seseorang dewa yang dikutuk jadi anjing serta di turunkan ke bumi. Sangkuriang yang lihat babi itu selekasnya bersiap untuk melepas busur panahnya. Si Tumang yang tahu itu yaitu adiknya selekasnya menghambat lewat cara menghadang anak panah.
Mengakibatkan, anak panah itu menancap di dada si Tumang. Sebelum saat mati, si Tumang beralih jadi seseorang pria yang sangatlah tampan serta menyuruh Sangkuriang untuk mengambil hatinya supaya diserahkan pada Dayang Sumbi. Sangkuriang yang kebingungan selekasnya pulang serta menyerahkan hati itu pada ibunya. Dayang Sumbi selekasnya memasak serta menyantapnya. Sesudah hati itu habis, Dayang Sumbi bertanya si Tumang pada Sangkuriang.
Sangkuriang juga menuturkan momen yang dirasakannya, serta hati yang barusan habis disantap oleh ibunya yaitu hati si Tumang. Dayang Sumbi sangatlah geram hingga tanpa ada memikirkan panjang dia memukul kepala Sangkuriang memakai sinduk hingga kepala Sangkuriang terluka serta mengusir Sangkuriang untuk pergi meninggalkannya.
Selanjutnya dikisahkan saat Sangkuriang telah dewasa, tanpa ada berniat dia bersua kembali dengan Dayang Sumbi. Tetapi mereka tak sama-sama mengetahui. Dayang Sumbi tetap masih cantik jelita serta tak jadi tambah tua, sedang Sangkuriang tumbuh jadi pria yang gagah perkasa serta rupawan.
Dalam narasi itu diceritakan mereka jatuh cinta serta bersiap untuk menikah. Tetapi, pada akhirnya Dayang Sumbi mengetahui Sangkuriang bahwasanya Sangkuriang yaitu anaknya. Dayang Sumbi berupaya menuturkan apa yang berlangsung, tetapi Sangkuriang tak mempercayainya. Sampai pada akhirnya Dayang Sumbi menyerah serta terima lamaran Sangkuriang dengan kriteria minta dibuatkan telaga komplit dengan perahunya cuma kurun waktu satu malam sebelum saat kokok ayam berbunyi.
Bila Sangkuriang bisa merampungkan pekerjaannya pas saat jadi Dayang Sumbi ingin jadi isterinya. Tetapi bila tidak berhasil, jadi Sangkuriang mesti meninggalkannya. Sangkuriang yang saktipun menyanggupinya. Dengan pertolongan makhlus halus, sebelum saat tengah malam pekerjaan telah nyaris usai.
Dayang Sumbi yang terasa kuatir lalu berdo'a pada beberapa dewata supaya menggagalkan pekerjaan Sangkuriang. Lantas dia meminta pada beberapa masyarakat desa untuk menumbuk padi saat malam itu, hingga terdengar nada alu bersahut-sahutan. Dia juga menggoyang-goyangkan selendangnya hingga menyebabkan warna keemasan seperti fajar. Mengakibatkan, ayam jantan berkokok sama-sama bersahutan.
Sangkuriang yang terasa dicurangi geram serta menendang perahu yang telah nyaris rampung. Tendangan Sangkuriang yang sangatlah kencang mengakibatkan perahu terlempar jauh serta jatuh tertelungkup di seputar Lembang. Perahu itu dipercaya jadi asal muasal terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu.
Berdasar pada sinopsis narasi itu, bisa kita kenali bahwasanya narasi rakyat dari Jawa Barat sangatlah menarik serta sarat dengan pesan moral. Terlebih bila narasi itu di sajikan dalam bentuk aslinya yakni narasi berbahasa Sunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar